Adalah I Putu Suartawan, laki-laki dari pulau dewata, mempunyai kebiasaan aneh. Makan cabe dan buat luluran sudah semacam "mainan" baginya. Bahkan 1 kilogram cabe rawit mampu dia habiskan dalam waktu sekejap. Uniknya lagi, sebagian cabe yang sudah dikunyah dilulurkan ke wajah dan seluruh badannya.
Bagi kebanyakan orang, mata pasti langsung pedih dan panas jika sedikit saja kena cabai. Tapi tidak bagi warga asal Banjar Yadnya Kerti, Desa Ularan, Kecamatan Seririt, Bali ini, sedikit pun matanya tidak pedih juga badannya tidak mengalami gangguan apapun.
Tanpa mantra jampi-jampi apapun, Suartawan langsung membuka bajunya, kemudian mengunyah cabai yang ditempatkan di dua piring. Setelah mulutnya penuh, cabai yang sudah hancur tersebut langsung dikeluarkan dan diusapkan ke bagian muka dan sekujur tubuh lainnya.
Adegan tersebut dilakukan ayah empat anak ini berulang-ulang, sampai habis.
Istrinya, Ni Ketut Citrawati mengaku terbiasa dengan keunikan suaminya ini.
Tidak perih? Laki-laki bertato dan berambut gondrong ini mengaku tidak merasakan apa-apa. “Tidak terasa apa-apa, biasa saja. Biar sampai kering di badan pun, tidak apa-apa,” tutur kelahiran 1 September 1975 ini penuh percaya diri.
Suartawan mengisahkan, perilaku nyleneh mengunyah cabai rawit dan mengoleskan ke sekujur tubuh itu sudah sejak masih anak-anak. Ceritanya, dia berada di ladang bersama ibunya, Ni Nyoman Sita (almarhum). “Saat itu, ibu melihat saya memetik cabai cukup banyak dan langsung memasukan ke dalam mulut. Ibu sangat khawatir terjadi apa-apa pada saya. Ternyata, saya tidak sakit,” kenangnya.
Sejak kejadian itulah, Suartawan mengaku ketagihan. Setiap melihat ada cabai, langsung ngiler ingin mengunyahnya.
Suartawan sendiri mengaku baru menyadari jika ada keanehan dalam dirinya, setelah dia duduk di bangku SD.
“Setiap makan, saya tidak pernah merasakan pedas. Padahal kalau rasa lainnya seperti manis, asin, maupun asam, semua bisa saya rasakan. Hanya rasa pedas saja yang tidak pernah saya rasakan. Saya jadi bertanya, rasa pedas itu kayak apa sih?” cerita Suartawan.
“Kalau ada yang mau lomba makan cabai, akan saya lawan. Berapa kilogram pun harus makan cabai. pasti saya lawan. Saya pasti mampu,” katanya.
Dia berharap kelak ada pihak yang memanfaatkan kemampuannya makan cabai sebagai ATRAKSI WISATA, atau ikut lomba MAKAN CABAI TINGKAT DUNIA sehingga dirinya dapat uang.
Maklum, Suartawan tergolong keluarga miskin yang kesehariannya kerja serabutan, dengan penghasilan tidak menentu. Dia harus menafkahi istri dan keempat anaknya.
comments