Dia ruang dokter, dia mengganti kemejanya dengan pakaian khusus untuk operasi. Dengan sedikit berlari ia pun menuju ruang pembedahan.
Beberapa meter sebelum ruang bedah terlihat ayah pasien sedang marah tengah beradu mulut dengan resepsionis rumah sakit. Resepsionis tampaknya mulai kewalahan menghadapi lelaki itu.
“Tuan, mohon bersabarlah, Dokter Bedah segera datang dan secepatnya menangani putra anda.”, jelas resepsionis menenangkan lelaki yang amarahnya kian memuncak itu.
“Kau gila? Anakku sudah kritis saat ini dan kau bisa dengan tenangnya berkata seperti itu?! Rumah sakit macam apa ini?! Aku akan menuntut dokter itu, dia pantas dihukum karena lalai dan melupakan tugas sebagai dokter untuk menyelamatkan pasien!”
Sang dokter pun segera menghampiri mereka dan hendak menyalami lelaki itu. Akan tetapi lelaki itu justru makin marah melihat sang dokter.
“Kenapa kau baru datang?! Kau tahu anakku sedang kritis saat ini. Kau tidak punya rasa tanggung jawab hah?!” ucapnya sambil berteriak.
Mendengar makian Ayah pasien, dokter itu justru menanggapinya dengan tenang dan meminta maaf.
“Saya minta maaf, saya sedang tidak berada di rumah sakit saat dibutuhkan. Saya sudah berusaha datang secepat mungkin begitu menerima panggilan darurat. Dan sekarang saya harap Tuan tenang agar saya bisa melaksanakan tugas dengan baik.”
“Tenang katamu?! Jika saat ini anakmu berada di dalam ruang bedah dan kritis, bisakah kau tenang?! Jika anakmu mati sekarang apa yang kau lakukan hah?!”, ucap lelaki itu dengan marah.
“Jika itu terjadi maka saya akan merelakannya, hanya Tuhan yang berkuasa menghidupkan dan mencabut nyawa seseorang . Dokter manapun tidak bisa memperpanjang hidup seseorang. Namun kita bisa berusaha agar Tuhan memberikan keselamatan dan kesempatan hidup. Saya akan berusaha yang terbaik untuk putra anda”, ucap dokter dengan tenang.
Mendengar suara tenang dari sang dokter, lelaki itu justru kian geram. Dengan kasar lelaki itu mencengkeram pakaian sang dokter.
“Memberi nasehat memang mudah karena kau tidak mengalaminya!”
Hampir saja lelaki itu meluncurkan tinjunya pada sang dokter. Beruntung ada satpam yang segera menariknya menjauh. Meski masih menggeram tidak jelas, lelaki itu akhirnya menurut saat ditenangkan di bangku depan ruang bedah.
****
Pembedahan itu berlangsung hampir 5 jam. Hingga beberapa saat kemudian, sang dokter di dampingi seorang perawat keluar dari kamar bedah dengan senyum lebar mengembang di bibirnya.
“Syukurlah, putra anda selamat, Tuan.”
Kemudian sang dokter melangkah meningggalkan lelaki itu bersama perawat. Namun belum sampai 4 langkah, ia berbalik dan berkata pada lelaki itu.
“Jika ada yang ingin ditanyakan, anda bisa bertanya pada perawat.”, kemudian ia melanjutkan langkah kakinya dengan sedikit tergesah-gesah.
“Siapa sih Dokter itu!? Sombong sekali!! Tidak bisakah dia menunggu beberapa menit agar aku dapat bertanya tentang keadaan anakku?!”, Tanya lelaki itu pada perawat yang sedari tadi berdiri di sampingnya.
Perawat itu terlihat sedih. Terlihat ada genangan air mata yang mulai mengalir. Sambil menunduk ia pun berkata,
“Saat kami menghubungi beliau tadi pagi. Sebenarnya, beliau sedang menemani putranya yang kritis karena kecelakaan. Beliau sungguh berat untuk datang kemari, tapi demi tanggung jawab dan baktinya sebagai seorang dokter, beliau rela meninggalkan putranya sendiri yang tengah melawan maut untuk menyelamatkan pasiennya."
" Dan beberapa menit yang lalu, di tengah operasi beliau menerima kabar bahwa putranya telah menghembuskan nafas terakhirnya. Itulah kenapa beliau tergesa-gesa, karena ingin menghadiri upacara pemakaman putranya. Meski tidak bisa menemani putranya di detik-detik maut menjemput, paling tidak beliau berharap bisa mengantarnya ke tempat peristirahatannya yang terakhir…”
***
Never judge anyone because you never know how their life is & what they’re going through…
“Jangan pernah menghakimi siapa pun karena Anda tidak pernah tahu bagaimana kehidupan mereka dan apa yang mereka alami ..."
tulisan karya: Kristufreak
1 comments:
Add Commentdokter yang baik dan sabar spt itu sgt jarang
Balas