Cuplikan Kisah Heroik Tentara Indonesia Di Timor-Timur 4


Dua pesawat (OV-10) menderu muncul dari sektor barat minta konfirmasi sasaran tidak seorangpun yang dapat menjawab, pesawat kembali berputar menunggu jawaban, masalah timbul karena ternyata tidak seorangpun mengerti bagaimana mengarahkan pesawat, sebab pada kursus dasar cabang kompi infanteri maupun pada kursus lanjutan perwira infanteri (Suslapa) belum diajarkan bagaimana memimpin dan mengendalikan bantuan tempur udara.

Cuplikan kisah sebelumnya:

Disamping itu untuk menentukan arah angin dengan menggunakan koordinat 6,8 dan 10 angka dalam rangka bantem udara dibawah tembakan gencar musuh kenyataannya sangat sulit, selain akan memecahkan konsentrasi pengkomandoan dan pengendalian pasukan. Akhirnya pesawat diarahkan dengan tidak menggunakan arah angin dan koordinat peta, akan tetapi secara manual dengan menggunakan panel berbentuk tanda panah serta perkiraan jarak sasaran, sedangkan setiap perubahan ditunjukan dengan merubah rubah arah panel tersebut.

Informasi ini ternyata dapat dimengerti oleh pilot, ketika Dan Satgas mengarahkan;
“Kampret – Musang, enam ratus meter dari ujung panel langsung tembak”.

Pesawat menukik tajam dengan suara yang menggetarkan nyali langsung menembak sasaran dengan tepat kemudian naik melingkar menghindari tebing, meluncur meninggalkan medan kemudian berputar kembali untuk persiapan penembakan berikutnya.

Serangan ini memberikan momentum bagi pasukan dibawah komando Letda Inf Joko Santoso dari Tim Topan dan Letda Inf Sujarwo dari Tim Badai untuk bangkit dari perlindungan melompati batu batu sambil memberikan tembakan pada musuh yang konsentrasinya terpecah, serabutan mereka mundur meninggalkan boks pertahanan nya.

Sementara serangan Armed (Artileri Medan) tetap dilakukan untuk mempertahankan momentum yang sudah tercipta sekalipun dalam kondisi ini efektifitas nya kurang dapat diandalkan, hal itupun nampaknya dimengerti oleh musuh, bila mereka semakin merapat pada pasukan TNI, serangan Artileri tidak akan membahayakan mereka.

Sementara Pilot OV – 10 memanggil Dan Satgas;

“Musang – Kampret”,

“Masuk Kampret”.

“Munisi tinggal sedikit”,

“Baik, manfaatkan, gudang garamnya dilepas kesasaran”, Pilot menjawab;

“Musang – Kampret, kalau gudang garam saya lepas akan menggelinding ketempat anda”, “baik kalau gitu coba diketinggian belakang, akan saya lihat”.

Ternyata benar bom yang dijatuhkan pecahannya berjatuhan kebawah.
Kemudian Pilot memberikan informasi;

”Kampret – Musang, munisi sudah habis, musang mengendap dulu kami segera kembali”. Dijawab oleh Dan Satgas;

“Kami tidak akan mengendap, kalau mengendap kami akan habis”. Akan tetapi yang menjawab adalah Pangkodahan Tim Tim (Kresna) yang memonitor pertempuran;

“Musang – Kresna, silahkan kembali mengisi munisi, bantuan ditunggu”.

Sekali lagi pesawat menderu meninggalkan medan tempur dan kali ini tidak untuk berputar, yang dimanfaatkan oleh pihak musuh kembali melancarkan tembakan dengan membabi buta tidak terarah sehingga tidak terlalu menyulitkan Tim Topan/Badai untuk merebut boks boks pertahanan mereka.
Mendekati ujung teping lereng Daurema, Tim Topan disebelah kiri terhambat serangan gencar musuh, sedangkan tim Badai yang berada dikanan memiliki medan yang lebih baik terus maju, tiba tiba diberondong tembakan dari tiga arah depan sekaligus, kanan, kiri dan depan lurus.

Mendapat tembakan gencar seperti ini membuat pasukan sulit untuki berlindung, korban berjatuhan dan gerakan terhambat. Melihat kondisi ini Tim Combat dibawah pimpinan Letda Suharsono merapat kedepan memberikan bantuan dengan meminta Tim Topan bergeser kekanan, kemudian maju mererobos hujan peluru yang ditembakan musuh, aksi ini menyebabkan seorang Hansip tertembak, akan tetapi berhasil melancarkan serangan yang dibangun Letda Joko, sementara tim Topan kembali dapat bergerak dan menguasai Boks musuh.

Setelah Boks dikuasai tim Guntur bergabung dengan tim Topan untuk serangan kesasaran utama dan mendapat perlawanan sengit, Dan Satgas Bumi memerintahkan Dan Tim kalong (Letda Sutan Lubis) membantu tapi tidak bisa karena pesuruh Dan Tim gugur, Dan Tim tidak tega meninggalkan.

“Kalong – Musang yang harum supaya ditinggalkan nanti saya ambil, bantu pasukan depan segera”.

Kenyataan sulit bahkan Tim Kalong minta bantuan Badai.

“Badai – Kalong anggotaku yang harum supaya diambil”, yang dijawab oleh Badai;

“Kalong – Badai , tenang saja tinggalkan yang harum, bantu pasukan didepan anggotaku sudah 5 (lima) yang kena!”.

“Badai – Kalong baik kami maju”, tapi ketika kalong maju keadaan telah dikuasai Topan dan Badai. Karena mendapat bantuan dua OV-10 (Kampret) dari Bacau.

Perlu mendapat apresiasi dari performa yang ditunjukan dua pesawat bantem OV – 10, karena kejelian dan keakuratan nya dalam menghancurkan sasaran berperan besar dalam perebutan boks boks pertahanan musuh. Fretilin mundur berloncatan dari Boks yang satu ke Boks yang lain. Pada Boks yang ditinggalkan ditemukan amunisi dan Fretilin yang gugur/luka. Gn.Daurema direbut pada hari ke 2 (dua) hari telah senja......


Sumber :
Kisah Nyata ( Iwan Goenawan ) Satgas Operasi Seroja 1975-1979


comments

TOP